Jujur, sudah puluhan kali saya 'berbicara' dengan orang banyak. Kadang menemui mereka, terutama untuk sesi 'wawancara' adalah hal yang susah-susah gampang. Bertemu baik dengan artis, orang tenar, pengusaha, tokoh politik atau bahkan orang-orang yang spesial dalam bidang tertentu membuat hati memang sudah mulai terlatih. Meskipun , diawal sesi pasti dan selalu daya nervous karena takut tidak berjalan lancar.
Lantas bagaimana me-wawancarai yang benar ?
Entah saya harus menjawab apa dan bagaimana, karena kadang question list bisa saja berantakan karena satu dan lain hal. Atau bahkan konsentrasi terpecah belah karena ada kejadian / jawaban yang tak terduga dari si narasumber. Bukan, saya bukan ingin sok mengajari cara me-wawancara yang baik dan benar bersama dengan pakem-pakemnya. Saya belum sehebat itu. Saya hanya ingin berbagi cerita dengan orang dihadapan saya, dengan status sebagai 'sahabat baru' yang ingin mendengar cerita teman. Yah, mungkin ungkapan itu yang tepat. Saya ingin seolah-olah narasumber yang sedang saya tanya, tidak merasa seperti di interogasi dengan pertanyaan-pertannyaan menyerang. Meskipun saya harus akui, harus dengan cara halus agar seorang narasumber tidak merasa “diserang”.
Bukan, bukan saya sok pintar dalam hal mewawancarai. Tapi mendengarkan seorang nasum berbicara, memperhatikan, dan mememandang dengan 'mata sahabat' lebih penting bagi saya, daripada melihat urutan question route yang kadang ikin saya jlimet dan lepas konsentrasi. Menghargai dan memberikan waktu saat dia berbicara, akan sangat membuat seorang narasumber merasa dihargai dan akan bercerita banyak, secara tidak terpaksa. Yah, saya masih harus belajar banyak. Bagaimana me-wawancarai seseorang seperti layaknya berbagi cerita dengan sahabat. Seperti tiap kali OPRAH berbicara dengan tamu-tamunya, yang selalu bisa menjadi 'teman-teman'nya. Karena mata OPRAH turut berbicara, simpatik, dan menyimak, apa yang disampaikan mereka...
Lantas bagaimana me-wawancarai yang benar ?
Entah saya harus menjawab apa dan bagaimana, karena kadang question list bisa saja berantakan karena satu dan lain hal. Atau bahkan konsentrasi terpecah belah karena ada kejadian / jawaban yang tak terduga dari si narasumber. Bukan, saya bukan ingin sok mengajari cara me-wawancara yang baik dan benar bersama dengan pakem-pakemnya. Saya belum sehebat itu. Saya hanya ingin berbagi cerita dengan orang dihadapan saya, dengan status sebagai 'sahabat baru' yang ingin mendengar cerita teman. Yah, mungkin ungkapan itu yang tepat. Saya ingin seolah-olah narasumber yang sedang saya tanya, tidak merasa seperti di interogasi dengan pertanyaan-pertannyaan menyerang. Meskipun saya harus akui, harus dengan cara halus agar seorang narasumber tidak merasa “diserang”.
Bukan, bukan saya sok pintar dalam hal mewawancarai. Tapi mendengarkan seorang nasum berbicara, memperhatikan, dan mememandang dengan 'mata sahabat' lebih penting bagi saya, daripada melihat urutan question route yang kadang ikin saya jlimet dan lepas konsentrasi. Menghargai dan memberikan waktu saat dia berbicara, akan sangat membuat seorang narasumber merasa dihargai dan akan bercerita banyak, secara tidak terpaksa. Yah, saya masih harus belajar banyak. Bagaimana me-wawancarai seseorang seperti layaknya berbagi cerita dengan sahabat. Seperti tiap kali OPRAH berbicara dengan tamu-tamunya, yang selalu bisa menjadi 'teman-teman'nya. Karena mata OPRAH turut berbicara, simpatik, dan menyimak, apa yang disampaikan mereka...
No comments:
Post a Comment