Anggapan dan metafora imajinasi manusia, layaknya buih-buih samudra yang tiada habisnya. Tak berujung, selalu mengundang keingintahuan dan merasa menjadi sangat berbeda dengan pribadi atau jiwa yang murni. Perasaan-perasaan yang menjadi ke-gamang-an, selalu dan mungkin kadang menjadi hambatan melaju, untuk menentukan apa jawaban di masa depan.
Keputusan.
Ya, pilihan diantara persimpangan itu menjadi titik balik, bernamakan keputusan.
Kata banyak orang bijak, hidup akan selalu dibenturkan dengan dua pilihan. Keberuntungan bagi jiwa, andai pilihan-pilihan itu tidak merugikan. Namun demikian, akan tetap terasa sesak dan menekan pikiran, karena sungguhpun pilihan itu sama lezatnya, noda ber-namakan 'ego' selalu membuatnya terasa sulit. Bahkan untuk 2 pilihan yang sama baiknya.
Lalu bagaimana dengan pilihan tak berimbang ?
temans, mari mengingat-ingat. Bukankah semuanya diciptakan berpasangan, yang kadang tak kesemuanya itu bisa kita raih..hanya sebelah saja. Meski terasa timpang, inilah beratnya menjadi sosok yang harus memilih. Keraguan yang kadang 'memaki' pilihan yang tak tepat, semakin terasa menghantui, meskipun bahkan batin ini saja belum memilih...
Benarkah tak berimbang? Darimana kita tahu pilihan kita benar atau bahkan salah ?
Jauh-jauh hari, perasaan-perasaan, tanda-tanda, atau signal-signal..pasti sudah dikirimkan otak kita, melaju ke hati, dan berbuntut pada tindakan.. atau bahkan singkatnya bisa saja dari hati langsung menuju ke PILIHAN. Sebenarnya, segala macam pertimbangan itu, muskil terkalahkan oleh keputusan kita pribadi.
Rute pilihan yang harus saya pilihpun, berliku...bak sinetron yang tak saya ketahui dimana skenario dan tema latarnya. Tapi apakah salah, kalau saya harus berhenti dari 'sinetron' satu dan berpindah ke sinetron yang lainnya? Bukankah itu juga pilihan? meskipun saya akui, saya tidak menuntaskan 'episode' dari cerita yang tidak saya inginkan itu. Sebagai sosok pribadi yang kurang sempurna, harapan saya berlapis ego...ada pilihan akhir yang benar-benar tepat, sesuai 'tebakan'. Tidak sedikitpun saya sesali, kalau saya salah mengambil 'peran' dari cerita ini. Karena bagi saya, babak ini menghantarkan saya pada kisah lanjutan yang saya harap akan lebih membuat jiwa saya terisi dengan nyaman, dan tidak hampa.
Saat kita memang harus benar-benar memilih, harapan kita semoga itu sebuah keputusan yang tepat. Saya pribadi percaya, garis pilihan saya..membimbing dan bahkan menempatkan diri saya pada lajur ini, lajur yang sudah di gariskan-NYA. Lalu apakah Tuhan akan melepaskan saya, andai pilihan ternyata salah?. Tidak, huruf akan terangkai menjadi kata, diikuti menjadi baris kalimat, dan membingkai sebuah paragraf. Hingga akhirnya, akan ditutup dengan tanda TITIK, yang bahkan masih akan dilanjutkan lagi hingga bertemu satu tanda TITIK yang mengakhiri segalanya.
Saya pribadi, ingin menuju TITIK penutup itu dengan cara yang indah. Agar kelak, "paragraf-paragraf" yang telah saya buat, bisa dibaca jiwa lain dan anak-anak saya yang berucap..
"Benar-benar cerita yang indah...."
Keputusan.
Ya, pilihan diantara persimpangan itu menjadi titik balik, bernamakan keputusan.
Kata banyak orang bijak, hidup akan selalu dibenturkan dengan dua pilihan. Keberuntungan bagi jiwa, andai pilihan-pilihan itu tidak merugikan. Namun demikian, akan tetap terasa sesak dan menekan pikiran, karena sungguhpun pilihan itu sama lezatnya, noda ber-namakan 'ego' selalu membuatnya terasa sulit. Bahkan untuk 2 pilihan yang sama baiknya.
Lalu bagaimana dengan pilihan tak berimbang ?
temans, mari mengingat-ingat. Bukankah semuanya diciptakan berpasangan, yang kadang tak kesemuanya itu bisa kita raih..hanya sebelah saja. Meski terasa timpang, inilah beratnya menjadi sosok yang harus memilih. Keraguan yang kadang 'memaki' pilihan yang tak tepat, semakin terasa menghantui, meskipun bahkan batin ini saja belum memilih...
Benarkah tak berimbang? Darimana kita tahu pilihan kita benar atau bahkan salah ?
Jauh-jauh hari, perasaan-perasaan, tanda-tanda, atau signal-signal..pasti sudah dikirimkan otak kita, melaju ke hati, dan berbuntut pada tindakan.. atau bahkan singkatnya bisa saja dari hati langsung menuju ke PILIHAN. Sebenarnya, segala macam pertimbangan itu, muskil terkalahkan oleh keputusan kita pribadi.
Rute pilihan yang harus saya pilihpun, berliku...bak sinetron yang tak saya ketahui dimana skenario dan tema latarnya. Tapi apakah salah, kalau saya harus berhenti dari 'sinetron' satu dan berpindah ke sinetron yang lainnya? Bukankah itu juga pilihan? meskipun saya akui, saya tidak menuntaskan 'episode' dari cerita yang tidak saya inginkan itu. Sebagai sosok pribadi yang kurang sempurna, harapan saya berlapis ego...ada pilihan akhir yang benar-benar tepat, sesuai 'tebakan'. Tidak sedikitpun saya sesali, kalau saya salah mengambil 'peran' dari cerita ini. Karena bagi saya, babak ini menghantarkan saya pada kisah lanjutan yang saya harap akan lebih membuat jiwa saya terisi dengan nyaman, dan tidak hampa.
Saat kita memang harus benar-benar memilih, harapan kita semoga itu sebuah keputusan yang tepat. Saya pribadi percaya, garis pilihan saya..membimbing dan bahkan menempatkan diri saya pada lajur ini, lajur yang sudah di gariskan-NYA. Lalu apakah Tuhan akan melepaskan saya, andai pilihan ternyata salah?. Tidak, huruf akan terangkai menjadi kata, diikuti menjadi baris kalimat, dan membingkai sebuah paragraf. Hingga akhirnya, akan ditutup dengan tanda TITIK, yang bahkan masih akan dilanjutkan lagi hingga bertemu satu tanda TITIK yang mengakhiri segalanya.
Saya pribadi, ingin menuju TITIK penutup itu dengan cara yang indah. Agar kelak, "paragraf-paragraf" yang telah saya buat, bisa dibaca jiwa lain dan anak-anak saya yang berucap..
"Benar-benar cerita yang indah...."
No comments:
Post a Comment