Setiap hari lewat berpuluh-puluh kali perempatan, kena traffic jam, pasti mata ini tak lepas dari tangan-tangan yang menengadahkan. Kadang tanpa pandang, tanpa malu pastinya, dan tanpa peduli panasnya terik Surya, atau baunya asap hitam bus kota.
Jujur, saya tipikal orang yang pilih-pilih kalau mau ngasih. Sorry to say, mungkin yang sangat tua renta, cacat (maaf), atau juga anak kecil yang nampak lemah. tapi hati Saya tidak tergerak sedikitpun, pas melihat Ibu-Ibu yang kadang masih sehat ginuk-ginuk, bapak-bapak yang kelihatan masih kokoh, dsb. Rasanya kadang hati pengen mengumpat "Masih sehat kok gak malu NGEMIS, kerja kek !!" Okelah lupakan, tabiat buruk Saya (berhayal, hehe). Lihat info ini, Saya lumayan kaget. Semoga menginspirasi semua...
Kita membuang Rp 1,5 milyar receh setiap hari
Sadarkah kita, (misal) penduduk Jakarta, setiap harinya membuang uang receh sampai mencapai 10 digit setiap harinya, ke jalanan. Mari kita berhitung. Jumlah anak jalanan di Jabodetabek sekarang berdasarkan data terakhir Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) mencapai angka 75.000. Pendapatan mereka seharinya bisa mencapai Rp 20.000 – Rp 30.000. Bila kita ambil Rp 20.000 dikalikan 75.000 anak, berarti kita membuang uang receh (cepek, gopek, seceng) sebesar 1.500.000.000 alias 1,5 milyar per hari!
Kita membuat mereka betah di jalan
Perhitungan matematis di atas menimbulkan satu pertanyaan ironik yang besar. Bisa jadi kitalah yang membuat anak-anak itu betah berada di jalan. Dengan mengamen, mengemis, menyapukan kemoceng di atas dashboard mobil, atau menyodorkan amplop sumbangan, satu anak jalanan usia SD bisa memiliki penghasilan yang beda tipis dengan lulusan diploma. Begitu mudah bagi mereka. Tanpa perlu capek-capek sekolah, susah-susah melamar kerja, toh hasilnya hampir sama.
Jajan, main dingdong dan setoran
Tanpa maksud menggurui, Sahabat Anak menyarankan kepada kita semua untuk mendukung program Stop Beri UANG, yakni berhenti memberi uang kepada anak-anak jalanan. Dari sekian penelitian yang dilakukan sejumlah LSM, uang yang diperoleh anak-anak marjinal ini, sebagian besar tidak mendukung peningkatan kesejahteraan mereka. Jajan, ada di peringkat pertama; main dingdong atau permainan elektronik lainnya, menjadi pilihan kedua; terakhir, setoran ke orang tua atau inang/senior sebagai pelindung mereka di jalanan. Jadi, bocah-bocah berpenampilan kumuh ini pun tetap miskin, tetap terancam putus sekolah, dan tetap berkeliaran di jalan.
Siapkan biskuit, permen, susu kotak
Setelah memahami penjelasan di atas, keputusan dikembalikan kepada Anda semua. Mari, menjadi sahabat anak yang tidak memanjakan, tapi melakukan tindakan serta bantuan yang langsung bisa mereka nikmati. Sebagai pengganti uang receh, berikan mereka nutrisi bergizi atau barang layak pakai. Mulai sekarang, sediakan dalam tas atau mobil Anda: biskuit, permen, buah, susu kotak/botol, atau barang-barang bermanfaat lainnya – yang langsung bisa diberikan saat tangan-tangan kecil itu menengadah di dekat Anda.
Dan ? semoga sekarang kita bijak dengan 'receh-receh' di kantong kita. Pilih membantu kondisi mereka 'sekarang' atau kondisi mereka 'masa depan' ?
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment